Kampanyekan  #PesanIbu, Tanah Air Foundation Ajak Masyarakat Bantu Pengungsi Sinabung Cegah Stunting

Sejak Februari 2020, Indonesia menjadi salah satu negara yang terpapar corona virus disease 19 (disingkat; COVID-19). Berbagai macam kebijakan telah dikeluarkan oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah untuk mencegah luasnya penularan virus. Meskipun satu tahun telah berlalu, penyebaran virus ini masih tetap tinggi. Hingga tanggal 23 Februari 2021, berdasarkan data dari Satgas Penanganan Covid-19 tercatat 1.29 juta jiwa masyarakat Indonesia telah terpapar virus ini. 34.691 jiwa diantaranya dinyatakan meninggal dunia dengan angka positivity rate 17,59%.

Keberadaan virus ini tentu menghambat seluruh aktivitas di masyarakat. Selain dampak ekonomi yang sudah pasti dirasakan oleh semua orang, ada ancaman lain besar lain yang tidak kita sadari mengintai berkat pandemi. Ancaman itu adalah stunting/kurang gizi kronis sebagai akibat terbatasnya kegiatan posyandu sebagai garda depan kesehatan ibu dan balita di daerah. Seperti yang kita tahu, bahwa posyandu adalah jembatan informasi kesehatan untuk ibu dan balita. Jika posyandu berhenti atau tidak direspon baik oleh masyarakat karena takut tertular, maka informasi dan pemantauan tumbuh kembang balita jadi terhambat. Dampak fatalnya, balita di masa pandemi ini bisa menyumbang generasi masa depan yang tidak unggul.

Siosar, Kabupaten Karo, Sumatera Utara, adalah salah satu daerah yang terdampak. Posyandu di 3 desa tidak bisa berjalan maksimal karena pandemi. Awalnya sempat terpaksa tutup. Kemudian bisa buka kembali di pertengahan tahun 2020 dengan pembatasan pelayanan. Saat pemerintah menggalakkan kampanye #PesanIbu di Oktober 2020, sungguh disayangkan ibu dan balita beserta kader posyandu di Siosar tidak punya kemewahan untuk menerapkannya. Ditambah lagi dengan para ibu yang masih was-was untuk mendatangi hari buka, yang memang notabene dihadiri oleh banyak orang. Kondisi di lapangan, para kader terbatas dengan prasarana yang dimiliki Posyandu, selain itu tidak semua ibu balita mau mengenakan masker saat ke posyandu. Alasannya ada yang merasa pengap, ada yang tidak punya masker. Edukasi mengenai kesehatan ibu balita pun tentu menjadi terhambat.

#PesanIbu sarat kegiatan sederhana

Pada dasarnya, #PesanIbu terdiri dari kegiatan yang sederhana; menggunakan masker, mencuci tangan dengan sabun, menghindari kerumunan, dan juga menjaga jarak. Akan tetapi, kondisi posyandu di daerah memang tidak seideal yang diharapkan. Posyandu di 3 desa di Siosar ini sempat mengalami penurunan kunjungan ibu dan balita lebih dari 50%. Selain merasa was-was, alasan para ibu adalah kurangnya masker, faceshield, fasilitas cuci tangan, desinfeksi posyandu, serta edukasi posyandu masa pandemi tidak mudah untuk dipenuhi.

Dari kondisi ini, Tanah Air Foundation (TAF) menginisiasi kampanye Bantu Pengungsi Sinabung Cegah Stunting untuk membantu ibu balita dan kader posyandu siosar agar bisa menerapkan #PesanIbu, dan dimudahkan melakukan kegiatan posyandu secara ideal. Namun tentunya, bukan hanya pelaksanaan posyandu saja yang ingin dituju, tapi kebaikan untuk Tanah Air yaitu terhindarnya kondisi stunting pada balita Siosar akibat terhambatnya proses pelayanan kesehatan di posyandu.

Kampanye #PesanIbu ini tidak hanya ditujukan bagi warga ibukota saja, namun seluruh lapisan masyarakat. Begitupun kampanye Bantu Pengungsi Sinabung Cegah Stunting bukan hanya tentang menolong sesama, tapi menyelamatkan Tanah Air yang kita cintai dari ledakan generasi yang tidak berkualitas.

Dukungan masyarakat Indonesia menjadi kunci utama kesuksesan kampanye ini. Membantu ibu balita dan kader dari pandemi lewat #PesanIbu, dan menjaga Tanah Air dari bencana stunting. Karena melindungi diri sendiri dengan #PesanIbu sama artinya menjadi pahlawan bagi orang lain, khusunya anak-anak yang membutuhkan kegiatan posyandu.

Artikel: Muhammad Yoga Pratama

Editor: Af Sinta

Open chat